Pelatihan Kelas Balita

  • Jul 23, 2019
  • tanjang

Tanjang,22/07/2019 Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena berbagai macamnya gangguan kesehatan (kesakitan) dan kematian.  Oleh karena itu Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini, antara lain: Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita. Mungkin masyarakat Desa Tanjang menganggap ini program yang ‘biasa-biasa’ saja, tetapi sesungguhnya Kelas Ibu Balita memiliki keistimewaan tersendiri. Maka dari itu Pihak PUSKESMAS GABUS memberikan penjelasan tentang hal tersebut,diantara petugas tersebut didampingi Bidan Desa yaitu ibu Dian Ratna serta pengisi acara ibu Endah Wulan Sari. Mari kita simak penjelasnnya berikut ini. PENGERTIAN KELAS IBU BALITA Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu mempunyai anak berusia antara 0 sampai 1 tahun secara bersama-sama berdiskusi , tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator dengan menggunakan buku KIA TUJUAN  KELAS IBU BALITA

  1. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang Balita yang optimal  
  1. Tujuan Khusus :
  • Menambah kesadaran pemberian ASI secara eksklusif
  • Menambah pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi pada bayi
  • Menambah pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi seimbang kepada Balita
  • Menambah kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan melaksanakan stimulasi perkembangan Balita
  • Menambah pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi balita dan mencuci tangan yang benar
  • Menambah pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan dan perawatan balita.
Kelas ibu balita diselenggarakan secara partisipatif artinya para ibu tidak diposisikan hanya menerima informasi karena posisi pasif cenderung tidak efektif dalam merubah perilaku. Oleh karena itu kelas ibu balita dirancang dengan metode belajar partisipatoris, dimana si ibu tidak dipandang sebagai murid melainkan sebagai warga belajar. Dalam prakteknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman sesama, sementara fasilitator berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan yang benar.